CALENDAR

Kamis, 09 Mei 2013

Senja yang Hilang


Sore hari yang tenang ini, aku hanya terdiam sendiri disini. Angin yang menyapu daun daun dan berterbangan kemanamana. Ya, hari mulai senja. Matahari pun mulai memudar warnanya. Sedangkan aku hanya memperhatikan keadaannya sendiri. Sambil ditemani oleh es krim yang sama pada saat itu. Rasa es krimnya pun campur aduk dan sedikit sesak. Mengingat rutinitas ku dengan dia. Sepi memang hatiku, sudah berapa lama dan berapa detik sejak saat itu. Hampa, Cuma itu yang bisa aku rasakan. Tak lama aku terbuyar saat melihat penjual es krim yang ingin pulang dan berkata “Moy, kok masih disini? Abang pulang dulu yaa, udah sore gini. Kamu juga, ga baik cewe pulang magrib sendirian” aku hanya tersenyum. Tak terasa, ternyata dari tadi aku larut dalam jurang kehampaan itu lagi.


***       

Kringgg.. kring… bel pulang pun berbunyi. Membangunkan ku dari lamunanku. Akhirnya selesai juga rutinitas yang menumpuk hari ini. Bergegas keluar dari pintu kelas. Wajah wajah ceria pun terlihat di koridor kelas. Itu teman teman ku. Mereka sedang asik berbincang bincang disana. “haiiiiiiiiii” aku datang dan membuyarkan pembicaraan mereka. Asikkk ternyata hari ini ada rencana main kerumah Putera. Putera adalah sahabatku, ya mungkin kita dekat sejak aku duduk di bangku kelas 2 SMP. Berarti sudah setahun kita mengetahui satu sama lain dengan baik.  Segera kita bergegas menuju rumah Putera. Hari ini ramai sekali yang ikut. Mungkin hampir semua dari “gerombolan” ku ikut. Sampai di rumah Putera, aku langsung berbaring di sofa ruang tengah nya. Sofa favoritku, sampai aku bisa terlelap disitu karena duduk berjam jam. Yang lain sibuk dengan urusan masing masing, aku hanya duduk dan menikmati secangkir teh green tea yang dibuatkan oleh Mba Minah. Mba Minah adalah pembantu yang sudah kerja 5 tahun dirumah Putera. Tibatiba Putera duduk di sampingku dan menjewer pipiku “Eh Amoy sendirian aja, kaya orang galau aja lo hahaha”. Huh menyebalkan sekali kan dia? Begitulah tingkah lakunya yang menyebalkan. Tapi aku nyaman di dekatnya. Kita pun berbincang bincang dan ternyata dia “curcol” tentang pacarnya bernama Nita. Nita juga teman satu “gerombolan” ku. Aku juga cukup akrab dengannya. Singkat cerita ternyata Putera sudah jenuh padanya.

Dua minggu kemudian, istirahat pertama. Aku dan teman temanku sedang melahap makanan untuk mengisi kekosongan perut. Sambil bercerita cerita tiba tiba Rahma berteriak “HAH? Demi apa Nit lo putus? Kok bisa?” ternyata benar apa yang Putera bilang dua minggu lalu. Dan sekarang ia memutuskan  hubungannya dengan Nita, Hemmm aku pun tak heran lagi. Pulang sekolah aku langsung bergegas pulang kemudian membersihkan diri. Lalu aku mengirimkan pesan kepada Putera lewat jejaring sosial “Put gue ke rumah lo sekarang yaaa, ada yang mau gue tanyain”

            Sesampainya di rumah Putera. Aku pun langsung menanyakan hal yang tadi aku dengar saat istirahat. Ternyata benar. Putera yang mengambil keputusan ini. Semakin lama kita berbincang ternyata semakin kita keluar dari topik. Akhirnya kita malah bermain play station. Makan sore bersama dan menonton film bersama adiknya.  Akhirnya hari sudah malam, aku pun langsung pulang kerumah dan di antar oleh ibunya. Hari demi hari aku lewati, ternyata aku makin dekat dengannya. Aku juga makin merasa nyaman dengannya. Entah, apakah Putera merasakan hal yang sama atau tidak. Akan tetapi, sedekat dekatnya aku dengan dia. Aku tidak pernah setiap hari “chat” di jejaring sosial. Ahh rumit sekali. Aku tidak bisa membedakan perhatiannya karena sudah terlalu dekat dari lama. 

            “Moyyy!! Kok lo ga cerita cerita sama kita sih??? Lo lagi dideketin sama Put…” baru saja keluar dari pintu kelas. Fanny meneriakkan ku dan aku langsung tersadar dan memotong “hah? Apaansih? Deket sama siapa lagi.. gajelas ah lo”. Tiga bulan sudah berlalu, semenjak aku main kerumah Putera. Perhatiannya memang lebih di banding biasanya. Dan semakin hari, dia semakin sering “nyamper”. Entah dia bertanya dari mana? Udah makan? Atau bercanda canda. Aku sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini. Dan teman teman ku ternyata….. mereka bilang aku ..  emm kalo anak jaman sekarang bilang mungkin PDKT. Ah sudahla, tapi memang ada 2 orang lelaki yang sedang dekat dekatnya dengan ku. Yaitu sahabatku Putera. Dan temanku Dio. Mereka memberikan perhatian yang sama. Aku bingung, sampai akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi kepada Annisa. Sahabat perempuan ku dari kelas 1 SMP. Ternyata responnya adalah “Moy sekarang gini, menurut gue dua duanya lagi pengen ngasih yang terbaik buat lo. Dan lo harus milih salah satu. Kalo lo kaya gini terus. Sama aja lo nyakitin ke dua duanya” aku langsung terdiam membeku. Aku bingung. Entah apa yang ku rasakan, semuanya campur aduk. Tapi Putera sahabatku, seandainya dia jadi pacarku… aku takut. Saat aku usai dengannya. Aku tidak bisa sedekat seperti sekarang lagi. Dan Dio? Ah…  ternyata benar gossip yang selama ini menyebar bahwa dia tertarik pada ku sejak lama.

            Ternyata kata hati ku berkata untuk memilih. Memilih antara kedua sosok ini. Ternyata aku memilih sahabatku sendiri.  Apa yang ada di hati dan pikiran ku memang tak sama. Tetapi mau di apa? Hati ku berkata untuk memilihnya. Sudah tiga bulan lebih Putera medekati ku lebih dari ia dekat denganku. Dan akhirnya, kedekatan ku dengannya mulai terlihat ke teman teman ku. Mungkin mereka sudah tau dari lama. Tetapi aku dengan Putera masih terlihat seperti sahabat yang asik, dan tidak tahu malu satu sama lain. Itu yang aku sukai dari nya. Ia memang orang nya tidak “gengsi” dan tidak ingin menjadi lelaki yang dilihat “perfection” di mata orang lain. “Gue ya emang gini Moy, lo tau gue dari lama kan? Jadi diri lo apa adanya itu yang lebih keren dibanding pengen jadi yang terbaik” sautnya tiba tiba.  Sekarang setiap pulang sekolah aku selalu di antarnya, atau pasti kita selalu mencari cari udara segar. Seperti jalan jalan di komplek atau pun pergi ke taman terdekat.
            Jumat 9 Februari 2012, hari yang terkenang di hidup ku. Aku masih ingat jelas dengan peristiwa saat itu. Pulang sekolah seperti biasa kita jalan jalan di komplek sekitar. Dan akhirnya aku sampai di taman favoritku. Tepat di depan lapangan basket sekolah.  “Moy bentar ya” beberapa saat kemudian ia membawa dua es krim. Yang satu nya es krim kesukaan ku. Ternyata dia membelikan itu untuk ku. Akhirnya kita makan eskrim itu sambil bercerita cerita. Tiba tiba Putera memegang tangan ku. Dan Ia berkata….


                                                                                  *** 

1 tahun kemudian

            Tak terasa sudah setahun lamanya aku menjadi miliknya. Menjadi orang yang paling dia sayang. Begitu pun sebaliknya. Tak terasa juga sekarang kita sudah beda sekolah. Ya, aku dan dia sudah tidak 1 sekolah lagi semenjak kita Lulus dari SMP. Sekarang ia bersekolah di SMA 26 Jakarta. Aku selalu percaya pada nya bahwa dia akan selalu sayang padaku. Walaupun memang banyak masalah yang kita hadapi. Dari yang tidak seberapa, sampai yang bisa membuatku benar benar hancur. Tidak terhitung berapa kali aku meneteskan air mata untuknya. Sedih memang, tapi aku senang bersamanya. Makin kesini dia memang berubah. Aku tahu itu, teman teman ku juga berkata yang sama seperti kata hati ku. Entah aku di butakan oleh rasa sayang ini atau aku memang tidak mau kehilangan sosoknya. Cinta itu memang buta. Kita memang sering bertemu, tapi aku mulai merasa ada yang ganjil. Ada yang tidak ada seperti biasanya. Tapi aku tidak tahu itu apa. Sebenarnya aku rindu masa masa aku masih satu sekolah dengannya. Masa dimana sebelum pulang ada yang selalu menunggu dibalik pintu kelasku. Masa dimana aku selalu belajar bersama dengannya. Masa dimana kita sering bercanda dan tertawa bersama. Masa dimana dia selalu mengingatkan ku dimana aku berbuat salah. Semuanya telah berubah. Apakah mungkin karena jarak dan waktu? 

            Sore hari yang sendu. Di taman itu, taman favoritku. Akhirnya kita bisa berkunjung ke sini lagi. Sebenarnya aku sering ke sini, tapi tanpa dia. Aku dan dia melakukan rutinitas ku seperti biasa. Menyantap es krim bersama, bercerita sambil tertawa bersama. Sungguh, aku sangat rindu akan semuanya. “Me-rewind” semua yang telah terjadi rasanya itu indah tetapi miris. Miris karena kita jarang melakukan hal yang sama lagi. Seminggu kemudian, aku dan Putera berdebat karena suatu masalah yang rumit.  Tak sadar aku meneteskan air mata. Aku tahu aku salah. Tetapi kenapa ia tidak percaya denganku? Kenapa ia lebih percaya dengan orang lain? Sakit sekali rasanya. Dia egois. Aku benci dia.  Sampai akhirnya waktu yang membuat semua ini jatuh. Mungkin ia menyerah seperti es krim yang mencair menjadi air. Usai sudah semua cerita ini.  Walaupun aku tidak mengerti apa dan kenapa alasannya

                                                                        ***

Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan kerinduan pada taman ini, aku pun tidak tahu seberapa rindu nya aku padanya. Seberapa hancurnya hatiku. Hati ini masih merasa tidak puas. Aku tidak tahu butuh berapa lama aku mengosongkan hati ku sekarang. Aku masih tidak habis pikir kenapa ia begitu egois? Kenapa terlalu cepat mengambil keputusan. Hari pun mulai larut malam, aku mulai berdiri dan melangkahkan kaki. Pulang dengan hati yang hampa. Penuh dengan pertanyaan di kepala, tidak bisa aku pikir dengan logika. Sejauh apapun aku pergi tidak akan membantu untuk melupakannya. Sekarang hati ku lah yang menentukan dan biarkan lah waktu membantunya.


                                                       

                                                                                                                                  The end.
written by: Nadya Adira Fabiani
nb: cerita ini antara fiktif dan kenyataan





0 coment: